INTERNET OF THINGS


Gambar terkait
Cara Kerja Internet of Things (IoT)
Dunia saat ini tengah memasuki era yang lebih terhubung (connected) daripada sebelumnya. Konektivitas tidak lagi terbatas antarmanusia atau antarsistem, tetapi bisa meliputi seisi kota bahkan negara.
Dari sana muncul istilah smart city yang mengacu pada sebuah kota maju, yang menggunakan teknologi digital atau Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) untuk meningkatkan kualitas dan kinerja layanan perkotaan; untuk mengurangi biaya dan konsumsi sumber daya; dan untuk terlibat lebih aktif dan efektif dengan penduduknya.
Beberapa bulan terakhir ini, kita sering mendengar atau membaca tentang konsep smart city yang sedang dicanangkan oleh beberapa kepala daerah di Indonesia, seperti Ridwan Kamil (Walikota Bandung) dan Basuki Tjahaja Purnama (Gubernur Jakarta).
Topik ini begitu “hot” sehingga sering sekali diliput oleh wartawan dari berbagai media cetak dan elektronik. Baru-baru ini kita mendengar bahwa Kota Bandung menjadi salah satu finalis World Smart City Awards 2015.
Internet of Things (IoT), sebagai salah satu buah konektivitas, telah banyak dibahas sebagai salah satu dasar yang terciptanya smart city. Tapi apa itu Internet of Things (IoT)?
Apa itu Internet of Things (IOT)?
Jika kita melihat dari bahasa Inggrisnya pengertian dari Internet of Things adalah internet dari peralatan-peralatan. Dibahasakan lebih mudah adalah bagaimana koneksi internet dari peralatan-peralatan yang biasa digunakan. Internet of Things atau dikenal juga dengan singkatan IoT, merupakan sebuah konsep yang bertujuan untuk memperluas manfaat dari konektivitas internet yang tersambung secara terus-menerus.
Istilah IoT erat diidentifikasi dengan RFID sebagai metode komunikasi, meskipun juga dapat mencakup teknologi sensor lainnya, seperti teknologi nirkabel atau kode QR. Adapun kemampuan seperti berbagi data, remote control, dan sebagainya, termasuk juga pada benda di dunia nyata.
Contohnya bahan pangan, elektronik, koleksi, peralatan apa saja, termasuk benda hidup yang semuanya tersambung ke jaringan lokal dan global melalui sensor yang tertanam dan selalu aktif.

Pada dasarnya, Internet of Things mengacu pada benda yang dapat diidentifikasikan secara unik sebagai representasi virtual dalam struktur berbasis Internet. Istilah Internet of Things awalnya disarankan oleh Kevin Ashton pada tahun 1999 dan mulai terkenal melalui Auto-ID Center di MIT.Dan kini IoT menjadi salah satu tugas bagi seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi.
Cara Kerja Internet of Things yaitu dengan memanfaatkan sebuah argumentasi pemrograman yang dimana tiap-tiap perintah argumennya itu menghasilkan sebuah interaksi antara sesama mesin yang terhubung secara otomatis tanpa campur tangan manusia dan dalam jarak berapa pun.
Internetlah yang menjadi penghubung di antara kedua interaksi mesin tersebut, sementara manusia hanya bertugas sebagai pengatur dan pengawas bekerjanya alat tersebut secara langsung.
Tantangan terbesar dalam mengkonfigurasi Internet of Things ialah menyusun jaringan komunikasinya sendiri, yang dimana jaringan tersebut sangatlah kompleks, dan memerlukan sistem keamanan yang ketat. Selain itu biaya yang mahal sering menjadi penyebab kegagalan yang berujung pada gagalnya produksi.
Internet of Things (IoT) menurut Techopedia
“Jika kita memiliki komputer yang tahu segala sesuatu yang ingin kita ketahui dengan menggunakan data yang mereka kumpulkan tanpa bantuan apapun dari kita. Kita akan dapat melacak dan menghitung segala sesuatu, dan sangat mengurangi data sampah,serta kerugian dan biaya. Kita akan tahu kapan data-data tersebut harus diganti, diperbaiki atau digunakan kembali.”.
Kebanyakan dari kita berpikir bahwa “saling terhubung” itu adalah hanya berdasarkan dengan saling  menggunakan barang elektronik seperti komputer, tablet dan smartphone. IoT menggambarkan sebuah dunia di mana apa saja dapat dihubungkan dan berkomunikasi dengan cara yang cerdas. Dengan kata lain, dengan Internet of Things, mengubah dunia fisik menjadi salah satu sistem informasi yang besar.

Berdasarkan hasil riset Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2014, pengguna internet di Indonesia bertambah 16,9 juta orang , antara tahun 2013-2014, atau dari 71,2 juta menjadi 88,1 juta pengguna. Angka tersebut mengindikasikan besarnya potensi konektivitas untuk Indonesia, dan bagaimana konektivitas dapat berfungsi sebagai pondasi pengembangan kota dan negara yang lebih cerdas.
Dengan adanya teknologi Internet of Things ini memang akan memberikan pendapat pro dan kontra dari berbagai sudut pandang orang di dunia. Namun Internet of Things menawarkan potensi yang menarik seperti perangkat rumah yang dapat dikendalikan lewat ponsel pintar dari jarak jauh dan memberitahukan kondisi yang sedang terjadi di rumah.
Tentunya Internet of Things tidak hanya sebatas untuk perangkat rumah saja melainkan dapat digunakan untuk berbagai keperluan satu dunia mulai dari lingkungan, pangan, penelitan, kesehatan, tata kota, pekerjaan, dan masih banyak lagi.
Benda-benda dapat kita tanamkan sensor dan dibuat selalu aktif terhubung secara luas, baik itu menggunakan internet dengan jaringan lokal maupun global agar menjadi perangkat Internet of Things yang lebih cerdas dan memudahkan kehidupan orang banyak.
Dengan hal tersebut membuat pengembangan perangkat Internet of Things menjadi hal yang cukup menarik untuk dilakukan oleh pengembang. Apalagi kini banyak vendor yang telah memperkenalkan berbagai dukungan Internet of Things terhadap pengembang.
Banyak yang memprediksi bahwa Internet of Things adalah “the next big thing” di dunia teknologi informasi, hal ini karena Internet of Things menawarkan banyak potensi yang bisa digali. Contoh sederhana implementasi dari Internet of Things misalnya adalah kulkas yang dapat memberitahukan kepada pemiliknya via SMS atau email tentang makanan dan minuman apa saja yang sudah habis dan harus distok lagi.
IoT untuk kembangkan Smart City
Lalu apakah Smart City ini ada kaitannya dengan IoT? Ya, 100 persen sangat berhubungan: IoT merupakan salah satu alat teknologi yang dapat digunakan untuk pengembangan aplikasi Smart City. Saya akan memberikan tiga contoh penggunaan teknologi IoT pada Smart City:
Pada aplikasi Informasi Banjir Online, selain mengandalkan laporan warga, sensor-sensor banjir yang dapat mengukur ketinggian air secara real-time disebarkan ke seluruh wilayah kota sehingga informasi dapat diinformasikan ke Command Center secara cepat dan selanjutnya langsung tertangani oleh Dinas terkait.
Sistem Notifikasi Gempa dan Tsunami. Beberapa kejadian bencana alam di Indonesia memakan korban jiwa begitu banyak. Jumlah korban jiwa dapat dikurangi secara signifikan apabila Early Warning System diterapkan secara benar dan tepat sasaran.
Sensor-sensor yang ditempatkan di daerah rawan bencana alam dapat memberikan informasi secara langsung kepada warga sekitar lokasi rawan gempa, longsor, atau tsunami dalam hitungan detik.
Sistem yang tak kalah menariknya adalah sistem Smart Parking. Pada sistem ini, sensor parkir ditaruh di tempat parkir umum. Pemakaian sistem Smart Parking ini dapat membantu pemerintah kota memantau dan mengendalikan pendapatan daerah dari parkir.
Keuntungan yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat berupa pemeriksaan status dari parkir yang tersedia dan sistem booking atau bayar parkir online.



Komentar

Postingan Populer